Senin, 25 Agustus 2008

Paint of God


Perjalanan ke Bromo ini diluar rencana aku, memang sebelumnya aku sempat punya rencana mengisi liburan akhir semesterku ini untuk pergi ke Jogja, sebenarnya itulah rencana utama aku dan 3 orang temanku untuk mengisi liburan semester kami, tapi rencana utama kami itu gagal setelah jadwal keberangkatan kami selalu terbentur dengan urusan akademik kami masing-masing, dan akhirnya rencana itu tinggalah rencana, tapi kegagalan rencana utama tersebut bukan bearti liburanku membosankan, aku mengisi libuaranku ini dengan hal-hal yang cukup menyenangkan, selain mengikuti kursus dan mendapat teman baru aku juga mengunjungi beberapa tempat wisata, gunung kelud, pantai pelang dan gunung bromo yang kuceritakan ini. Bromo merupakan salah satu tempat terbaik menyaksikan sunrise di Jawa Timur, gunung yang terletak di kabupaten Pacitan ini menyajikan pemandangan sunrise (matahrai terbit) yang sangat eksotik, tak salah jika tempat ini dikunjungi tak hanya oleh turis local turis mancanegara dari berbagi belahan dunia pun mendominasi kawasan wisata yang terdapat pada ketinggian 2200an meter di atas permukaan laut ini. Untuk menikmati sunrise tentu saja kita harus berangkat pada malam hari, perjalanan malam memang tidak terlalu menguras tenaga, selain jalanan tidak terlalu padat kitapun bisa lebih mudah ternyenyak dalam perjalanan, aku bersama rombongan tiba di bromo sekitar pukul 3 WIB, karena saat itu adalah minggu keadaan disana sudah cukup ramai, memasuki loket pembayaran beberapa mobil sudah tampak mengantri untuk menuju penanjakan tempat melihat matahari terbit, sesampai penanjakan ternyata keadaan sudah cukup ramai, di tempat parkir yang berupa jalan itu kami ditawari oleh orang yang menyewakan jaket, memang keadaan udara diatas benar-benar dingin, selain karena daerah pegunungan juga karena hembusan angin yang cukup kencang, dengan alasan itu aku memakai 3 jaket sekaligus sampai-sampai membuatku sedkit kesulitan untuk bergerak. Aku berjalan menuju ke tempat untuk melihat sunrise bersama rombnganku yang berjumlah 12 orang saat keadaan masih gelap, setiba di puncak yang berjarak sekitar 500 meter dari tempat parkir terdapat kursi – kursi yang ditata seperti tribun di stadion sepakbola menghadap ke timur, di tempat itulah kita bisa memandang salah satu lukisan Tuhan yang membuat kita takjub, 2 jam aku menunggu akhirnya saat itu datang juga, disebelah timur sudah terlihat mega merah yang menunjukkan akan munculnya sang surya, bersamaan dengan itu tempat tersebut sudah dipenuhi banyak wisatawan yang ingin mengabadikan momen tersebut dengan kamera mereka, keadaan itu membuat tempat yng tadinya cukup lapang menjadi sempit dan sesak karena banyaknya orang tersebut, untungnya aku sudah berada di bagian paling depan sehingga aku tidak kesulitan untuk mengambil gambar, di sebelah selatan pemandangan juga tak kalah menakjubkan, kawah gunung bromo yang mengeluarkan asap belerangnya dan juga hamparan lautan pasir yang masih tertutup oleh awan juga menjadi daya pikat yang luar biasa saat itu, selain itu dari kejauhan juga terlihat gunung semeru yang mengeluarkan asap sehingga membentuk seperti candawan raksasa membuat pagi itu benar-benar pagi yang tak mudah untuk dilupakan bagi yang menyaksikannya. Puas dengan pemandangan sunrise aku dan rombongan segera beranjak turun untuk menuju kawah gunung bromo, kami menuruni bukit sekitar pukul 6.30, kami sempat berhenti di beberapa tempat untuk mengambil gambar, di sepanjang jaln terdapat mobil-mobil berjenis jip untuk mengantar wisatawan menuju ke kawah gunung bromo, saat itu terlihat wisatawan lokal dan asing jumlahnya berimbang, atau mungkin lebih karena banyak wisatawan yang kukira lokal tetapi mereka berbicara tidak menggunakan bahasa Indonesia. Untuk menuju kawah gunung bromo kita harus menuruni bukit yang cukup curam dengan kondisi jalan yang tidak halus, sehingga hal itu membuat kita harus berhati-hati, setelah kita menuruni bukit kita dihadapkan dengan lautan pasir yang luas, kondisi itu sedikit menyulitkan untuk kendaraan yang terbiasa digunakan di jalan perkotaan, tak sedikit terlihat beberapa sepeda motor yang rodanya tenggelam di dalam pasir, kendaraan tak bisa langsung diparkir di depan tangga menuju kawah bromo, tapi harus diparkir sekitar 700an meter sebelum anak tangga, sehingga kita harus berjalan menuju ke anak tangga tersebut atau kalau tidak mau capek kita bisa menyewa kuda untuk menuju ke kawah, perjalanan menuju kawah sungguh melelahkan, selain karena dalamnya pasir yang memberatkan langkah juga karena debu beterbaangan yang disebabkan oleh kuda-kuda yang lalu lalang tersebut, ditambah lagi juga dengan kotoran kuda yang ada di sepanjang jalan tersebut melengkapi perjuangan kami menuju kawah gunung bromo, tangga menuju puncak kawah bromo memang tak terlalu panjang tak lebih dari 100 meter, tapi perjalanan dari tempat parkir menuju tanggga tersebut membuat kami harus menarik napas lebih dalam lagi. Sesampai di puncak aku melihat kepulan asap belerang yang besar dari dalam kawah bromo, karena tebalnya asap tersebut praltis aku hanya dapat melihat setengan saja kubah kawah gunung bromo, dari kawah tersebut kita bisa menyaksikan luasnya lautan pasir yang kita lewati tadi, di utara kawah juga terdapat gunung yang menarik untuk dijadikan latar belakang saat mengambil foto. Di sekitar kawah bau belerang sungguh sangat menyengat sehingga bagi yang tidak tahan harus menggunakan penutup hidung saat berada di sana. Setelah puas berada di kawah aku bersama rombonganku turun, perjalan kembali ke tempat parkir terasa sedikit lebih mudah dibanding dengan perjalanan menuju kawah tadi, hal itu mungkin karena jalan yang sedikit menurun sehingga langkah menjadi sedikit lebih ringan.(mbs)

0 komentar: