Kamis, 21 Agustus 2008

Pelang


Pelang, pantai yang terletak sekitar 35 km sebelah selatan Trenggalek ini memiliki ciri khas dengan ombaknya yang besar, untuk menjangkau pantai ini dari Trenggalek kita harus melewati perbukitan sekitar 30 km dengan jalan yang berliku dan kondisi jalan yang cukup sempit dengan di kiri kanan kita berupa pepohonan yang rindang, tetapi sekitar 10km menuju pantai jalan benar-benar cukup menantang, jalan kecil dengan aspal yang berlubang menyambut kita begitu kita menuruni bukit, bagi yang belum terbiasa kita harus berhati-hati saat melewati jalan tersebut. Saat tiba di pantai ini suasana sebuah tempat wisata kurang begitu terasa, karena memang pantai ini tidak setenar pantai prigi yang sudah menjadi salah satu ikon Trenggalek, suasana pedesaan masih begitu kental di sekitar pantai ini, disepanjang jalan menuju pantai ini juga tidak lebar, bahkan jika mobil berpapasan salah satu harus menepi, selain itu di daerah itu hanya terdapat 1 SPBU yang melayani 3 kecamatan jadi tidak heran mengapa stok bahan baker disana sepat sekali habis dan betapa lamanaya antrean di SPBU tersebut ketika baru mendapat pasokandari Pertamina. Sebelum masuk sekitar 500 meter seelum pantai kita akan temui pos restribusi tempat kita membayar karcis masuk pantai Pelang, harga tiketnyapun sangat murah hanya Rp. 1.500 kita sudah bisa masuk. Setiba di pantai kita tidak bisa langsung melihat hampaaran pasir yang luas kita akan melihat hamparan pantai setelah kita berjalan melewati sungai kecil dan gunungan pasir yang tingginya cukup untuk menghalangi pandangan langsung kita ke pantai. Pantai yang luas itu terihat kurang begitu tertata, dan terlihat sangat alami. Hamparan pasir yang masih halus tanpa ada jejak kaki menunjukkan pantai itu tidak banyak dikunjungi orang waktu penulis datang ke tempat itu, di pantai itu terdapat air terjun kecil di sebelah barat dimana banyak orang percaya jika kita mandi menggunakan air dari air terjun tersebut bisa membuat kita awet muda, di pantai itu juga terdapat gardu pandang yang terletak di karang besara yang ada di pantai itu, disana kita bisa melihat dengan jelas ke arah laur bebas. Itulah beberapa hl yang penulis bisa temukan di sana, semoga pantai itu segera mendapatkan perhatian dari pihak terkait sehingga potensi di sana bisa ter explore secara maksimal.

Gunung Kelud Kini


Gunung kelud yang terletak sekitar 30 m sebelah timur Kediri ini kini sudah kehilangan keeksotikan pesona kawahnya yang selama ini menjadi alasan orang menunjungi gunung yang masih aktif ini, kawah yang eksotik itu sekarang sudah berubah menjadi sebuah gunung baru yang diberi nama “anak kelud”, praktis sekarang jika kita mengunjungi gunung kelud kita hanya menyaksikan pemandangan sekitarnya saja itupun kalau kita datang ke sana saat cuaca cerah, kalau cuaca mendung atau berkabut jangan harap bisa menikmati pemnadangan yang eksotik di sana. Di sekeliling anak gunung keld dibuat sebuah gazebo semacam gardu pandang untuk menikmati pemandang kawah dari ketinggian, tapi karena sang kawah sudah tidak ada lagi, kitapun hanya menyaksikan gunungan batu yang membentuk anak kelud tadi, pembangunan di gunung kelud pun sudah terhenti sejak gunung itu menunjukkan peningkatan aktivitas pada Oktober tahun 2007, sepertinya pemerintah daerah tidak mau mengambil resiko terhadap apa yang diinvestasikan di kelud, karena jika saat itu kelud benar-benar meletus apa yang sudah dibangun disana akan sia-sia. Gunung yang statusnya masih siaga itu dibuka kembali untuk umum secara resmi oleh Bupati Kediri pada Juli 2008, tetapi pengunjung tidak bisa secara langsung mendekat ke anak gunung kelud, karena disekitarnya masih mengeluarkan belerang dan gas beracun yang sewaktu-waktu bisa keluar, pengunjung dibatasi dengan pagar dan penjaga sekitar 50 meter dari anak gunung kelud. Di kelud juga terdapat sumber air panas, letaknya di dekat area parkir, jika kita keluar dari terowongan di sebelah kiri terdapat tangga yang menghubungkan ke sumber air panas tersebut, letaknya sekitar 300 meter dari terowongan, tapi sayang tangga yang menghubungkan tadi juga tidak sampai ke sumber air panas tersbut, sehingga untuk mencapai ke sumber kita harus melewati medan yang tidak mudah, kita harus berjalan menyusuri semak-semak sekitar 50 meter dengan jalan yang curam, sesampainya disana kita jangan berharap akan menemui kolam khusus yang memang disediakn untuk pengunjung, disana hanya terdapat sungai yang mengalirkan air panas, untuk dapat mandi kita harus mencari tempat yang airnya sudah tercampur dengan air dingin. Dalam perjalanan menuju puncak kita juga dapat menemukan ”mysterious road”, yaitu sebuah jalan yang menajak, dimana jika kita memarkir mobil di jalan tersebut dalam posisi gigi netral maka mobil akan berjalan ke arah tanjakan tersebut bukan sebaliknya. Itulah beberapa hal menarik yang penulis temui di kelud, hilangnya kawah bukan berarti kelud kehilangan pesonanya tapi justru kelud membuat sensasi baru dalam hal kegunungan dan itu justru bisa membuat banyak orang penasaran sehingga mereka datang ke kelud, dan semoga saja pemerintah daerah melanjutkan pemangunanya di kelud agar potensi yang ada tidak sia-sia.

Oops




Kejadian ini hampir mirip dengan kejadian yang kualami tahun lalu, bedanya aq sudah sedikit belajar dari kejadian tahun lalu. Keinginan orang yang selalu mengutamakan prestise terkadang harus megorbankan kebahagiannya, walau sebagian orang tidak sependapat dengan hal ini, contohya saya sendiri, saya hampir saja mengorbankan sebuah kenyamanan hidup yang telah ku dapat dengan tidak mudah juga.
Bulan Juni, ya bulan dimana banyak anak di Indonesia ini bersiap untuk menjalani kehidupan baru dalam hal studi mereka, bagi yang masih sekolah mungkin mereka naik ke kelas baru, bagi yang sudah selesai sekolah lanjutan mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, bagi yang sudah berada di tingkat perkuliahan mereka memulai semester/tahun akademik yang baru, bagi yang belum puas terhadap apa yang sudah didapat juga merupakan kesempatan untuk memilih tempat kuliah lagi, dan yang terkakhir inilah yang dialami oleh penulis saat itu, bulan Juni seperti tahun tahun sebelumnya pendaftaran mahasiswa baru selalu menjadi perhatian banyak siswa yang sudah menyelesaikan SMA-nya, terlebih lagi pendaftaran di universitas plat merah yang menjadi tujuan awal para siswa yang telah lulus SMA, selain biaya pendidikan yang murah, juga menjanjikan prestise yang bagus, hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk mengikuti seleksi itu, yang pada saat itu dinamakan SNM-PTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), nama itu sebelumnya berbeda, dn mungkin setiap tahun akan berganti, dan saat itu tidak semua perguruan tinggi plat merah bergabung dalam satu induk kelompk seleksi, beberapa diantaranaya tidak bergabung dalam satu induk SNMPTN. Batas maksimal mengikuti seleksi itu adalah 3 tahun terhitung sejak lulus SMA, penulis masih memiliki 2 kesempatan saat itu, kesempatan pertama penulis tidak mengikuti seleksi itu karena sebuah alasan yang panjang, pada kesempatan kedua ini penulis mengikutinya meski saat itu penulis sudah tercatat di sebuah Lembaga Pendidikan setingkat diploma, mungkin karena penasaran mengenai “sensasi” dari tes itu, penulis mendaftar untuk mengikuti tes itu, dalam pilihan studi itu aku memilih jurusan yang memang benar-benar menjadi keinginanku saat itu, dan pilihan kedua aku memilih jurusan yang peluang diterimanya besar, aku bersama tiga temanku mendaftar bersama, kesemua temanku memlih sesuai dengan jurusan kesukaan mereka, sekitar 4 hari setelah pendaftaran ujian pun dilaksanakan, 3 temanku tersebut menginap di rumahku selam ujian berlangsung, selama waktu ujian itu saat ada di rumah bukannya kami belajar atau istirahat untuk mempersipakan ujian melainkan kami gunakan waktu tersebut untuk reuni lokal, karena kami memang jarang sekali bertemu dan mereka bukan lain adalah teman-temanku di SMA dulu, selain mereka bertiga semua temanku yang kuliah di malang juga berkumpul di rumahku tersebut, walau ada beberap diantara mereka berhalangan hadir karena sedang ujian di kampusnya masing-masing.
Suasanapun kembali seperti saat kami masih SMA dulu, semua bercerita tentang saat-saat masih SMA dulu, suasana saat itu seolah-olah kami masih memakai putih abu-abu lagi, dalam obrolan kami yang sangat SMA itu aku sudah lupa kalau besok akan menghadapi yang banyak orang menganggap ujian penentuan nasib setelah ujian nasional, akupun tidak memikirkan hal itu terlalu serius, kalupun toh aku tidak lulus dalm ujian ini aku sudah berkuliah dan tinggal melanjutkan, berbeda dengan ketiga emanku yang mungkin akan bingung jika mereka tidak diterima dalam ujian tersebut, tapi ketiga temanku itu tadi sepertinya juga seperti aku mereka seolah-olah tidak mempunyai beban terhadap ujian yang akan mereka hadapi. Sore beranjak malam, beberapa diantara temanku sudah mulai ingin segera pulang ke tempat kos masing-masing. Yak arena memang sudah malam merekapun pulang dan aku pun bersama ketiga temanku istirahat untuk menyambut hari esok yang sudah dinanti. Pagi pun datang kami berempat bersiap – siap untuk menghadapi ujian, tepat pukul enam kamipun berangkat ke tempat ujian yang jaraknya sekitar 15 menit dari rumahku, kami sengaja berangkat pagi dan sedikit sarapan untuk menghindari macet, kami sampai di tempat ujian masih sekitar 30 menit sebelum ujian dimulai, itu karena perjalanan kami cukup lancar karena jalan yang kami lalui tidak semacet yang aku kira. Aku mengikuti ujian satu ruang bersama salah satu temanku, ujian pertama adalah mengenai pengetahuan dasar yaitu matematika, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, hari pertama itu cukup sukses aku pikir karena aku bisa melewatinya tanpa ada kesulitan yang berarti buatku, pada hari ujian kedua materi yang diujikan adalah materi inti jalur yang kita pilih, karena yang pilih saat mendaftar adalah pengetahuan campuran jadi aku harus mengikuti ujian baik untuk materi Ilmu Pengetahuan Alam maupun Ilmu Pengetahuan Sosial, aku baru merasakan ujian yang sebenarnya pada hari kedua ini walaupun cukup sulit tapi aku mengerjakannya dengan tanpa beban, untuk materi pertama ujian selesai pada pukul 10.00, dan dilanjutkan dengan ujian kedua yang berakhir pukul 12.00
Setelah ujian selesai aku bersama teman-temanku kembali ke rumahku, mereka tidak pulang saat itu juga melainkan pulang keesokan harinya, mereka ingin sekaligus merefresh pikiran mereka, pada sore hari aku ajak teman-temanku berkeliling koa malang, sebelum tengah malam kami kembali pulang dan beristirahat. Hari esokpun datang, aku bersiap-siap untuk pulang ke kampung halaman kami masing-masing.
Pengumuman hasil ujian tersebut sekitar 1 bulan lagi, selama masa penantian itu tentu saja kita tidak bisa tenang dan harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan yang terburuk, ada yang mengikuti seleksi di universitas swasta, mendaftar ujian di sekolah-sekolah kedinasan, atau mungkin juga ada yang pasrah hanya mengandalkan ujian itu saja. Tapi semua itu tidak berlaku untuk aku, karena dalam masa penantian itu aku harus mengikuti ujianku sendiri, ya ujian yang diadakan di tempatku kuliah waktu itu, karena 2 minggu setelah seleksi nasional itu aku menjalani ujian yang diadakan oleh kampusku, ujian akhir semester itu benar-benar membuatku lupa untuk menantikan hasil dari SNMPTN tersebut. Awal bulan Agustus adalah waktu pengumuman dari ujian tersebut, akupun tidak berharap banyak memang, pengumuman itu disampaikan lewat beberapa media diantaranya di Internet, di media masa, dan langsung di kampus-kampus yang mengadakan seleksi tersebut. Sore hari sebelum pengumuman itu dimuat di media massa aku diberitahu temanku kalau pengumumannya sudah keluar yang lewat Internet, segera saja setelah aku baca sms tersebut aku pergi ke warnet untuk melihat hasilnya, walaupun aku tak banyak berharap aku merasa cukup berdebar saat melihatnya, setelah kubuka situsnya yang pertama kulihat bukannlah nomor ujianku melainkan nomor ujian teman-temanku, tapi setelah kuulangi tak ada satupun dari temanku yang namanya tercantum, akupun heran apa mungkin ada kesalahan pada sistemnya, mengingat saat itu mungkin traficnya sedang penuh, akhirnya kucoba membuka link lain dan ternyata hasilnya masih sama, akupun akhirnya melihat nomor ujianku dan di luar dugaan aku diterima di salah satu universitas plat merah di malang, aku sempat tak percaya akupun mengulangi melihatnya lagi di situs lain, dan setelah kuulangi kupastikan kalau aku memang masuk, persoalanpun sudah selesai akupun pulang tetapi hal itu tidak kuceritakan pada orangtuaku, karena memang aku tidak bicara kepada mereka kalu aku mengiktui ujian. Keesokan harinya saat koran pagi datang aku segera membuka halaman yang mengumumkan kelulusan ujian itu, tapi aku keduluan oleh ibuku, ibuku terlebih dahulu membaca koran itu, setelah itu ibuku bilang kalau ada pengumuman SNMPTN, aku pun bilang kalau aku diterima, dan seperti yang kuduga ibuku hanya tertawa saat aku bilang begitu, ibuku tidak percaya kalau aku mengikuti ujian itu, akupun tidak berusaha meyakinkannya kalau aku memang benar sudah diterima. Setelah itu aku lihat pengumuman di Koran itu, tapi aku bingung kenapa nomor ujian yang tercantum di situ nomor ujian yang bukan di wilayah malang, setelah kubolak-balik aku tidak bisa menemukan namaku di sana, akupun bingung apa memang tidak dicantumkan di sana semua hasilnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku tidak memedulikannya dan aku yakin kalau aku memang sudah diterima, aku pergi ke tempat kursusku setelah itu, aku bertukar cerita dengan temanku kursus mengenai pengumuman tadi dan saat itu aku tau kalau memang yang diumumkan dalah rayon ujian Surabaya, dan hal itu juga dicantumkan di surat kabar keesokan harinya kalau memang pengumuman yang dimuat adalah rayon Surabaya saja, setelah tahu itu aku baru menunjukkan hasil pengumamn yang dimuat di internet pada orang tuaku, saat mereka mengetahuinya dengan santai mereka menawariku apakah ingin mengambil itu, hmmm saat itu juga aku bingung, karena aku merasa mereka akan menyarankan aku untuk tetap pada kuliahku yang kujalani ini, saat itu aku tidak memberikan kepastian ya atau tidak pada orang tuaku aku hanya bilang apakah benar tidak keberatan jika aku pindah. Aku masih punya waktu 1 minggu untuk “memikirkannya” setelah itu orang tuaku juga tidak pernah berbicara lagi mengenai hal itu, aku sendiri juga bingung dalam hati aku ragu apa aku akan mengambil pilihan itu atau tidak, pada waktu itu aku sempat berpikir untuk mengambil pilhan itu, aku berdoa agar aku diberi keyakinan untuk memilih, dan juga aku mohon kepastian agar saat menajalani pilihanku terseut aku tidak menyesal di kmeudian hairinya, jawaban doaku sangat cepat di malam saat aku berdoa pada pagi harinya aku seolah mendapat kelegaan hati mengenai pilihanku tadi, aku memutuskan untuk tetap kuliah di tempatku saat ini, tetapi hal itu tidak aku berithahukan kepada orang tuaku, seolah aku menggantung jawabanku tesebut, tapi aku tahu orang tuaku pasti setuju dengan apa yang aku pilih, asalkan aku benar-benar yakin terhadap pilihan tersebut, 1 hari menjelang hari terakhir registrasi aku sempat bimbang, kalaupun aku mengambilnya aku harus segera mengurus kelengkapan berkas-berkasnya saai itu juga, karena ada berkas yang harus diurus ke kantor polisi, dan hal itu tidak bisa kulakukan dengan cepat jika aku tiba-tiba berubah pikiran, hari sudah beranjak siang dan akupun belum juga mngurus berkas tersebut, sampai akhirnya haru beranjak sore dan saat itu juga aku pikir ini sudah bulat, aku benar-benar tidak akan kesempatan untuk pindah kuliah tersebut. Pagi hari saat itu hari jum’at dimana hari itu adalah hari terkahir untuk registrasi aku dikejutkan oleh suara ibuku yang membangunkanku, aku heran karena tidak biasanya aku dibangunkan, saat itu juga aku ditanya “jam berapa berangkat?” aku pikir berangakat kemana, selanjtnya aku bertanya “berangkat kemana?” dan beliau bilang “jadi registrasi gak?” saat itu juga aku bilang kalu aku tidak jadi mengambil kesempatan itu, dengan sedikit rasa kesal ibuku seolah memaksaku utnuk berangkat pagi itu juga untuk mendaftar, aku benar-benar bingung saat itu, aku tidak tau harus bagaimana lagi aku meyakinkan ibuku kalau aku benar-benar tidak ingin mengambil kesempatan itu, dengan beberapa alasan ibuku memaksaku utnuk tetap berangkat, aku seperti orang yang dikendalikan keadaan saat itu, aku seolah kehilangan pikiranku, akupun dengan terpaksa menurut apa yang dikatakan oleh ibuku, aku siapkan semua berkas yang diperlukan, tiba-tiba aku ingat aku belum mengurus satu berkas dari kepolisian, lalu aku bilang pada ibuku kalau berkasnya belum lengkap, aku belum mengurus berkas dari kepolisian, ibuku segera menyruh aku untuk mengurus berkas itu, tapi aku cobab berkelit kalau mengurus berkas itu tidak sebentar walaupun aku sebenarnya sok tau dengan jawabanku tersebut karena memang aku belum pernah mengurus berkas itu sebelumnya, ibuku pun terus memaksaku dengan menyuruh aku mengurus berkas itu dengan ayahku, karena memang ayanhku mengenal benyak orang kepolisian dan mungkin saja proses pengurusannya bisa dipermudah, tetapi kau tidak mau karena waktunya tidak akan cukup terlebih waktu itu hari jum’at, selanjutnya aku coba menghubugi pihak universitas dimana aku diterima untuk menanyakan apakah bisa mendaftar kalu berkasnya kurang dan dikumpulkan menyusul. Diluar dugaan ternyata aku tetap bisa melakukan registrasi walaupun berkasnya kurang, aku semakin bingung lagi saat itu aku sudah benar-benar kehabisan alas an untuk tidak berangkat, dengan sedikit nekat akupun berbohong pada ibuku kalu tanpa berkas itu aku tidak bisa mendaftar, diluar dugaan saat itu ibuku justru menyurhku tetap berangkat dan mencoba untuk mejelasakannya di sana, aku sudah benar-benar kehilangan akal saat itu, akhirnya tanpa pikir panjang lagi akupun berangkat tanpa tahu apa yang harus kulakukan di sana. Dalam perjalanan menuju Malang aku masih belum berpikir mengenai apa yang harus kulakukan di sana, sungguh sepertinya aku benar-benar dikendalikan oleh keadaan, setelah sekitar 2 jam perjalanan aku sampai di Malang, aku hubungi temanku yang kuliah disana untuk membantuku mengurusi administrasi, kebetulan temanku sudah kuliah di tempat yang kudaftar tersebut, sesampai aku di tempat temanku tadi aku ceritakan maksud tujuanku datang kesana, temankupun terkejut dengan apa yang kubicarakan, semua yang ada di pikiranku kuceritakan pada dia saat itu juga, diapun memberi pertimbangan yang memang sudah aku duga sebelumnya, setidaknya memang itu bisa meringankan pikiranku walau sejenak, mendengar perimbangan temanku tadi membuat aku berani mengambil keputusan untuk membatalkan pendaftaranku, aku berpikir apa yang kudapat selama setahun di tempat kuliahku sudah cukup sesuai yang kuharapkan, dan juga jurusan yang kutempuh juga tidak jauh dari aktifitasku sehari-hari, sedangkan jurusan di tempat aku diterima belum sepenuhnya berhubungan dengan aktivitasku sehari-hari walaupun beberapa dari keluargaku juga sukses dengan belajar di bidang tersebut, mungkin pikiran dari ibuku adalah jika aku lulus dari jurusan tersebut keluargaku bisa membantu mencarikan aku tempat untuk mengaplikasikan ilmu yang kudapat, selain itu mungkin biaya kuliah di tempat tersebut sungguh jauh di bawah tempat aku kuliah saat ini, maklum karena universitas tersebut milik pemerintah aku juga masuk melalui jalur yang diidamkan banyak orang sehingga biayanya sangat murah untuk ukuran keluargaku, perbandinganya jika 2 tahun aku di tempat kuliah lamaku, dengan biaya yag sama aku bisa kuliah sampai 4 tahun di tempat yang baru ini, belum lagi jika kita mengajukan beasiswa mungkin bisa tambah murah lagi. Sungguh menjanjikan memang, tapi aku belum bisa berpikir seperti ibuku saat itu, aku berpikir apakah aku bisa menikmati prosesnya, walaupun jika dibandingkan jurusanku saat ini lebih sulit dengan jurusan yang baru ini. Setelah aku berpikir seperti itu aku menghubungi kakakku untuk meminta saran, memang sudah terlambat untuk berpikir panjang, tapi itu lebih baik daripada tidak, dari saran yang kuperoleh dari kakakku juga sama agar tetap melanjutkan kuliahku sebelumnya, akhirnya saat itu juga kuputuskan untuk benar-benar tidak mendaftar, aku terpaksa harus berbohong kepada ibuku, alasan yang kugunakan pun tetap sama yaitu berkas yang kurang lengkap tadi. Saat kuputusakan itu temanku tadi meyakinkanku mengenai keputusan yang kubuat tadi, dan akupun sudah bulat dan ikhlas dengan keputusan itu. Hari itu adalah hari ke dua yang paling memusingkan selama 19 tahun terakhir yang sebelumnya terjadi 1 tahun sebelumnya tepat di saat aku mau memilih tempat kuliah, aku yakin jalan untuk menuju sukses itu banyak diberikan oleh Tuhan pada kita sampai kadang kita sendiri dibuat bingung dalam memilih jalan itu, dan aku yakin apapun jalan yang kita ambil akan menuju pada kesuksesan diri kita, dan kesuksesan itu kita sendiri yang merasakan sudah sukseskah kita, bukan bergantung pada peniliaian orang lain. Akhirnya perjalananku ke Malang hari itu hanya untuk menjemput temanku tadi, karena kebetulan saat itu dia mau pulang kampung, dan juga membawa sebuah pengalaman yang tidak bisa terjadi dengan mudah.